Minggu, 19 November 2017

TUGAS MANAJEMEN KEUANGAN INTERNASIONAL

TUGAS MANAJEMEN KEUANGAN INTERNASIONAL

Foreign Exchange Exposure adalah suatu ukuran dari risiko yang dihadapi perusahaan jika terdapat perubahan nilai tukar (kurs) mata uang. Exposure ini terdiri dari transaction exposure, economic/operating exposure, dan translation exposure.

1.      Transaction Exposure
Transaction exposure merupakan risiko yang dihadapi oleh perusahaan ketika melakukan transaksi dengan pihak lain, baik itu supplier, pelanggan, ataupun pihak lainnya dengan menggunakan mata uang asing. Sehingga, perusahaan yang terlibat transaksi ini terekspos terhadap risiko perubahan nilai valas di masa depan. Perusahaan yang melakukan jual beli dengan denominasi mata uang asing menghadapi transaction exposure ini.
Misalnya, perusahaan importir A yang berbasis di Indonesia, punya utang ke suppliernya perusahaan B yang berbasis di AS dalam mata uang dollar. Perusahaan A mengalami ketidakpastian karena ketika mereka harus membayar utangnya di masa depan nilai tukar bisa berubah.
Menerapkan transaction exposure yaitu melakukan kebijakan berupa perlakuan pendapatan dan biaya (cost) dalam valas dalam tahun buku yang akan datang dan selanjutnya melakukan analisa pengaruhnya terhadap laba bersih atas potensi kemungkinan timbulnya perubahan-perubahan dalam kurs valuta asing.

2.      Economic/Operating Exposure
Yaitu melakukan research dan analisa secara mendalam terhadap trend & nbsp; kurs valas yang terjadi pada masa yang akan datang (future analysis), mengkajinya dalam bentuk hubungnnya dengan kondisi dari ekspor dan impor serta sebagainya pada kondisi jangka panjang.
Operating exposure, biasa disebut juga dengan economic exposure atau strategic exposure, yakni mengukur perubahan pada present value yang diterima oleh perusahaan akibat perubahan pada arus kas operasi perusahaan di masa depan, yang disebabkan oleh perubahan yang tidak terduga pada nilai tukar. Exposure ini mengakibatkan penjualan turun dari pelanggan internasional. Meskipun dampaknya tidak muncul di neraca, namun munculnya di laporan laba/rugi, sehingga kemudian mempengaruhi daya saing perusahaan di pasar.
Transaction dan operating exposure sama-sama muncul ketika adanya perubahan yang tidak terduga dalam arus kas di masa depan. bedanya transaction dengan operating exposure adalah Transaction exposure muncul dari arus kas masa depan yang kontraknya sudah disepakati sejak sekarang, sementara itu operating exposure arus kas-nya tidak terkait dengan kontrak.

3.      Translation Exposure
Menerapkan translation exposure, yaitu melakukan kebijakan untuk mengkonversi aktiva dan passive perusahaan dalam bentuk valas yang jangka panjang ke dalam bentuk mata uang domestic negara. Tujuan translation exposure adalah untuk konsolidasi dan pelaporan.
Translation exposure muncul karena laporan keuangan dari cabang asing yang dalam mata uang asing, harus dikonversi ke dalam reporting currency perusahaan induk untuk membuat laporan keuangan konsolidasi. Misalnya, laporan keuangan dari cabang yang menggunakan mata uang asing dikonsolidasikan ke laporan keuangan perusahaan induk ke dalam mata uang lokal.

Translation exposure ini dapat mengakibatkan perubahan pada item-item neraca seperti utang dan piutang, juga aset dan utang jangka panjang.

Selasa, 10 Oktober 2017

PRESENTASI BISNIS


KELOMPOK 9

PRESENTASI BISNIS 
Presentasi bisnis yang baik dapat dicapai jika persiapan untuk melakukan presentasi dilakukan dengan sebaik-baiknya. Dalam hal ini persiapan yang diperlukan untuk presentasi bisnis adalah sebagai berikut:
1.Persiapan dasar presentasi bisnis
2.Penguasaan berbagai alat bantu presentasi dengan baik
3.Menganalisis audiens

1. Persiapan Dasar Presentasi Bisnis
1. Sesuaikan topik bahasan dan tentukan sasaran presentasi yang jelas dan spesifik
Penguasaan terhadap materi yang akan dipresentasikan merupakan syarat penting agar yang ingin disampaikan kepada audiens dapat tersampaikan. Karena apabila ketidaksiapan materi akan menghambat penyampaian pesan kepada audiens dan juga akan memberikan citra yang kurang baik kepada pembicara.
2. Penguasaan Berbagai Alat Bantu Presentasi dengan Baik
Seorang pembicara harus mampu memanfaatkan berbagai alat bantu presentasi bisnis demi pencapaian tujuannya. Berbagai alat bantu presentasi bisnis yang dapat digunakan antara lain Papan Tulis, spidol, overhad projector (OHP), Laptop, flip chart, dan Proyektor LCD.
3. Menganalisis Audiens
Agar tujuan presentasi bisnis dapat tercapai dengan baik, seorang pembicara harus mengenal siapa yang sebenarnya yang menjadi audiens. Melalui pendekatan bertanya dengan menggunakan kata tanya seperti apa, siapa, dimana, kapan, mengapa dan bagaimana. Seorang pembicara akan dapat mengidentifikasi siapa sebenarnya audiens yang dimaksud sehingga dapat melakukan berbagai persiapan antisipatif.
4. Menganalisis Berbagai Lingkungan Lokasi atau Tempat untuk Presentasi
Seorang pembicara perlu mengenal lebih dekat lingkungan lokasi atau tempat melakukan presentasi bisnis. Agar presentasi bisnis tersebut dapat memberikan kemudahan kepada seorang pembicara dalam mengatur alat bantu presentasi yang sesuai dengan lokasi tersebut. Misalnya, apakah lokasi yang digunakan untuk presentasi memiliki ruang yang cukup luas, bagaimana tata letaknya, bentuk meja dan tempat duduk untuk audiens, dan lain-lain.

2. Pembinaan Alat bantu dalam presentasi


1. Papan Tulis 


Papan tulis merupakan salah satu alat bantu presentasi yang sudah cukup lama, dan kini alat bantu tersebut jarang digunakan. Biasanya cocok untuk kegiatan seperti lokal karya, rapat maupun diskusi. 




2. Flip Chart 



Sebuah papan yang dilengkapi lembaran-lembaran kertas berukuran penuh. Apa bila lembar kertas sudah penuh, maka dapat membuka lembar kosong selanjutnya atau menyobeknya. 



3. Transparansi Overhead Project 


Alat ini biasa digunakan oleh sebuah organisasi atau universitas. Cara kerja alat ini masih manual dimana kita harus mengganti slide sendiri karena slide  yang digunakan masih berupa fotokopian yang dicetak pada plastik atau disebut transparansi.

4. Proyektor LCD (Liquid Crystal Display)

Alat ini banyak digunakan oleh organisasi lembaga bisnis maupun bukan bisnis. Proyektor LCD ini baru dapat berfungsi dengan baik apabila dihubungkan dengan komputer atau Laptop.


Menganlisis Audiens
Dalam menganalisis audiens seorang pembicara harus mampu menjawab 6 pertanyaan berikut ini :
1. siapa audiens nya?
Analisis audiens ini berkaitan dengan kepada siapa seseorang itu berbicara, dapat dilihat dari berbagai hal, misalnya dari sisi pekerjaan atau jabatan, status, usis, jenis kelamin, agama, pendidikan, dll.
2. Apa yang diinginkan audiens?
Agar penyampaian pesan-pesan bisnis sesuai seperti yang diharapkan, pembicara yang baik perlu mengetahui apa yang di inginkan oleh audiens. Seorang pembicara tentu akan berupaya semaksimal mungkin untuk melakukan presentasi sebaik mungkin.
3. Dimana melakukan presentasi?

Pembicara harus mengetahui tempat presentasi agar dapat menyusun strategi yang tepat, misalnya tempat presentasi dilakukan di kota atau di desa, ruangan nya ber ac tau tidak, presentasi bisnis menggunakan podium atau panggung.
4. Kapan melakukan presentasi?
Pembicara perlu memperhatikan secara seksama kapan melakukan presentasi bisnis (mengenai tanggal, bulan, hari dan jam berapa). Misalnya pada waktu pagi hari merupakan waktu yang baik untuk melakukan presentasi bisnis karena audiens masih “segar”, dan waktu siang hari setelah makan siang merupakan waktu yang cukup berat untuk presentasi karena audiens cenderung mengantuk. Pembicara harus mempersiapkan strategi untuk melakukan presentasi bisnis dengan baik.
5. Mengapa melakukan presentasi?
Presentasi bisnis dilakukan karena memang ada informasi penting yang harus segera dipresentasikan kepada pihak lain. Misalnya, bagi pembicara yang lain, mungkin presentasi bisnis dimaksudkan untuk memperkenalkan strategi pemasaran baru di tengah-tengah situasi krisis ekonomi. Mungkin bagi pembicara lainnya presentasi bisnis dimaksudkan untuk memberikan alternatif solusi atas merosotnya omset penjualan.
6. Bagaimana melakukan presentasi ?
Pembicara yang satu dengan yang lain tentunya mempunyai strategi presentasi bisnis yang berbeda-beda. Misalnya, presentasi dilakukan dengan memegang catatan atau naskah lengkap. Menggunakan papan tulis, flipchart , proyektor lcd atau lainnya.

Kamis, 30 Maret 2017

Jurnal tentang Model Etika dalam Bisnis dan Manajerial

MORAL DAN ETIKA DALAM DUNIA BISNIS MENJELANG PASAR BEBAS 

Oleh : Marinus R. Manurung 

ABSTRACT
In a free market, good ethical practices are rewarded. The edge in competition is not price or even quality but service and integrity. This article elaborates the issue of business ethics and its complexity in relationship with the free market as well as the pros and cons of globalization. 

PENDAHULUAN 
       Perdagangan bebas adalah sebuah konsep ekonomi yang mengacu kepada penjualan produk antar negara tanpa pajak ekspor-impor atau hambatan perdagangan lainnya. 
       Perdagangan bebas dapat juga didefinisikan sebagai tidak adanya hambatan buatan (hambatan yang diterapkan pemerintah) dalam perdagangan antar individual-individual dan perusahaanperusahaan yang berada di negara yang berbeda. 
       Perdagangan internasional sering dibatasi oleh berbagai pajak negara, biaya tambahan yang diterapkan pada barang ekspor impor, dan juga regulasi non tarif pada barang impor. Secara teori, semuha hambatan­hambatan milah yang ditolak oleh perdagangan bebas, Namun dalam kenyataannya, perjanjian-perjanjian didukung perdagangan yang d idukung oleh penganut perdagangan bebas ini justru sebenarnya menciptakan hambatan baru kepada terciptanya pasar bebas Peranjian-perjanjian tersebut sering dikritik karma melindungi kepentingan perusahaan-perusahaan besar. 

Sejarah Pasar Bebas
       Sejarah dari perdagangan bebas internasional adalah sejarah perdagangan internasional memfokkuskan dalam pengembangan dari pasar terbuka. Diketahui bahwa bermacam kebudayaan yang makmur sepanjang sejarah yang bertransaksi dalam perdagangan. Berdasarkan hal ini secara teoritis rasionalisasi sebagai kebijakan dari perdagangan bebas akan menjadi menguntungkan ke negara berkembang sepanjang waktu. Teori ini berkembang dalam rasa moderennya dari kebudayaan komersil di Inggris dan lebih luas lagi Eropa, sepanjang lima abad yang lalu. Sebelum kemunculan perdagangan bebas, dan keberlanjutan hal tersebut hari ini, kebijakan dari merkantilisme telah berkembang di Eropa di tahun 1500. Ekonom awal yang menolak merkantilisme adalah David Ricardo dan Adam Smith.
       Ekonom yang menganjurkan perdagangan bebas percaya kalau itu merupakan alasan kenapa beberapa kebudayaan secara ekonomis makmur­Adwn Smith, contohnya, menunjukkan kepada peningkatan perdagangan sebagai alasan berkembangnya kultur tidak hanya di Mediterania seperti Mesir, Yunani, dan Roma, tapi juga Bengal dan Tiongkok. Kemakmuran besar dari Belanda setelah menjatuhkan kekaisaran Spanyol, dan mendeklarasikan perdagangan bebas dan kebe-basan berpikir, membuat pertentangan merkantilis/perdagangan bebas menjadi pertanyaan paling penting dalam ekonomi untuk beberapa abad. Kebijakan perdagangan bebas telah berjibaku dengan merkantilisme, proteksionisme, isolasionis-me, komunisme dan kebijakan lainnya sepanjang abad. 

Moral dan Etika dalam Dunia Bisnis 
       Sejalan dengan berakhirnya pertemuan para pemimpin APEC di Osaka Jepang dan dengan diperjelasnya istilah untuk menjadikan Asia Pasifik ditahun 2000 menjadi daerah perdagangan yang bebas sehingga baik kita batas dunia akan semakin “kabur” (borderless) world. Hal ini jelas membuat semua kegiatan saling berpacu satu sama lain untuk mendapatkan kesempatan (opportunity) dan keuntungan (profit). Kadang kala untuk mendapatkan kesempatan dan keuntungan tadi, memaksa perang untuk menghalalkan segala cara mengindahkan ada pihak yang dirugikan atau tidak.
       Dengan kondisi seperti ini, pelaku bisnis kita jelas akan semakin berpacu dengan waktu serta negaranegara lainnya agar terwujud suatu tatanan petekonomian yang saling menguntungkan. Namur perlu dipertanyakan apakah yang diharapkan oleh pemimpin APEC tersebut dapat terwujud manakala masih ada bisnis kita khususnya dan internasional umumnya dihinggapi kehendak saling “menindas” agar memperoleh tingkat keuntungan yang berlipat ganda. Inilah yang merupakan tantangan bagi etika bisnis kita. Jika kita ingin mencapai target pada tahun 2000 an, ada saatnya dunia bisnis kita mampu menciptakan kegiatan bisnis yang bermoral dan beretika. Berbicara tentang moral sangat erat kaitannya dengan pembicaraan agama dan budaya, artinva kaidah-kaidah dari moral pelaku bisnis sangat dipengaruhi oleh ajaran serta budaya yang dimiliki oleh pelaku-pelaku bisnis sendiri Setiap agama mengajarkan pada umatnya untuk memiliki moral yang terpuji, apakah itu dalam kegiatan mendapatkan keuntungan dalam ber ”bisnis”. Jadi moral sudah jelas merupakan suatu yang terpuji dan pasti memberikan dampak positif bagi kedua belah pihak. Umpamanya, dalam melakukan transaksi, jika dilakukan dengan jujur dan konsekwen, jelas kedua belah pihak akan merasa puas dan memperoleh kepercavaan satu sama lain, yang pada akhirnya akan terjalin kerja sama yang erat saling menguntungkan.
       Moral dan bisnis perlu terus ada agar terdapat dunia bisnis yang benar-benar menjamin tingkat kepuasan, baik pada konsumen maupun produsen.
       Isu yang mencuat adalah semakin pesatnya perkembangan informasi tanpa diimbangi dengan dunia bisnis yang ber “moral”, dunia I’m akan menjadi suatu rimba modern yang di kuat menindas yang lemah sebingga apa yang diamanatkan UUD 1945, Pasal 33 dan. GBHN untuk menciptakan keadilan dan pemerataan tidak akan pernah terwujud.
       Moral lahir dari orang yang memiliki dan mengetahui ajaran agama dan budaya. Agama telah mengatur seseorang dalam melakukan hubungan dengan orang sehingga dapat dinyatakan bahwa orang yang mendasarkan bisnisnya pada agama akan memiliki moral yang terpuji dalam melakukan bisnis. Berdasarkan. ini sebenarnya moral dalam berbisnis tidak akan bisa ditentukan dalam bentuk suatu peraturan (rule) yang ditetapkan oleh pihak­pihak tertentu. Moral harus tumbuh dari diri seseorang dengan pengetahuan ajaran agama yang dianut budaya dan dimiliki harus mampu diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari.

Etika Dalam Dunia Bisnis
       Apabila moral merupakan sesuatu yang mendorong orang untuk melakukan kebaikan etika bertindak sebagai rambu-rambu. (sign) yang merupakan kesepakatan secara rela dari semua anggota suatu kelompok. Dunia bisnis yang bermoral akan mampu mengembangkan etika (patokan/ramburambu) yang menjamin kegiatan bisnis yang seimbang, selaras, dan serasi.
       Etika sebagai rambu-rambu dalam suatu kelompok masyarakat akan dapat membimbing dan mengingatkan anggotanya kepada suatu tindakan yang terpuji (good conduct) yang harus selalu dipatuhi dan dilaksanakan. Etika di dalam bisnis sudah tentu harus disepakah oleh orang-orang yang berada dalam kelompok bisnis Berta kelompok yang terkait lainnya. 
       Dunia bisnis, yang tidak ada menyangkut hubungan antara pengusaha dengan pengusaha, tetapi mempunyai kaftan secara nasional bahkan internasional. Tentu dalam hal ini, untuk mewujudkan etika dalam berbisnis perlu pembicaraan yang transparan antara semua pihak, balk pengusaha, pemerintah, masyarakat maupun bangsa lain agar jangan hanya satu pihak saja yang menjalankan etika sementara pihak lain berpihak kepada apa yang mereka inginkan. Artinya kalau ada pihak terkait yang tidak mengetahui dan menyetujui adanya etika moral dan etika, jelas apa yang disepakati oleh kalangan bisnis tadi tidak akan pernah bisa. diwujudkan. Jadi, jelas untuk menghasilkan suatu etika didalam berbisnis yang menjamin adanya kepedulian antara satu pihak dan pihak lain tidak perlu pembicaraan yang bersifat global yang mengarah kepada suatu aturan yang tidak merugikan siapapun dalam perekonomian
       Supaya bisnis dapat dijalankan dengan baik dan etis, dibutuhkan pula perangkat hukum yang baik dan dan adil. Hares ada aturan main yang fair, yang dijl, ,val oleh etika dan moralitas. Aturan main ini merupakan positivasi nilai mlat moral dan menjadi pegangan kongkret bagi semua pelaku bisnis. Artinya, aturan bisnis ini berlaku bagi sernua pelaku bisnis dan semua hares pelaku bisnis hares tunduk pada peraturan bisnis tersebut. Yang penting mendasar adalah perlunya pemerintah yang bersih dan adil yang secara konsuk-uen dan efektif menegakkan hokum tadi, dengan sanksi dan liukuman sesuai dengan aturan yang ada bagi siapa saja yang melanggar tanpa terkecuali. Jadi yang terpenting yang kite butuhkan adalah due perangkat. Yang pertama, adalah perangkat moral dan yang kedua adalah perangkat legal politis.
       Dari segi moral system ekonomi pasar bebas mengandung beberapa hat yang positif, diantaranya; 
1. System ekonomi pasar bebas menjamin keadilan melalui jaminan pelakasanaan perlakuan yang same dan fair bagi semua pelaku ekonomi. 
2. Ada aturan yang jelas dan fair, dan karena itu fair. 
3. Pasar memberi peluang yang optimal. 
4. Dari segi pemerataan ekonomi, pada tingkat pertama ekonomi pasar jauh lebih mampu menjamin pertumbuhan ekonomi. 
5. Pasar juga memberikan peluang yang optimal bagi perwujudan kebebasan manusia. 
Dengan demikian, pasar mencapai 3 nilai moral: 
1. Pasar mengarahkan penjual dan pembeli untuk melakukan pertukaran dagang secara, adil. 
2. Pasar memaksimalisasi manfaat yang diperoleh penjual dan pembeli dengan mengarahkan mereka untuk mengalokasikan, menggunakan, dan mendistribusikan barang barang mereka secara efisien. 
3. Pasar mencapai semua ini dengan tetap menghargai hak penjual dan pembeli atas kebebasan.

Pro Kontra Globalisasi
       Banyak ekonom yang berpendapat bahwa perdagangan bebas meningkatkan standar hidup melalui teori keuntungan komparatif dan ekonomi Skala besar. Sebagian lain berpendapat bahwa perdagangan bebas memungkinkan negara maju untuk mengeksploitasi negara berkembang dan merusak industri lokal, dan juga membatasi standar kerja dan standar social.
       Sebaliknya pula, perdagangan bebas juga dianggap merugikan negara maju karena ia menyebabkan pekerjaan dan negara maju berpindah ke negara lain dan juga menimbulkan perlombaan serendah mungkin yang menyebabkan standar hidup, dan keamanan yang lebih rendah. Perdagangan bebas dianggap mendorong negara-negara untuk bergantung satu sama lain, yang berarti memperkecil kemungkinan perang.
       
Teori Imajiner
       Tiga ciri pasar persaingan sempurna (perfect competition), bebas keluar/masuk (free entry/free exit), jumlah besar (large number), dan produk, homogen (homogeneous product), telah dihafal oleh mereka yang mempelajari ilmu ekonomi tanpa menyadari bahwa dalam free entry/free exit terkandung paradigma liberalisme-yang dalam tata pikir Indonesia tidak sesuai dengan hakikat Demokrasi Ekonomi.
       Free entry yang berarti bebas masuk kegiatan usaha spa pun berarti bebas menggusur yang lain dengan daya saingnya yang lebih tangguh dan unggul, sedangkan free exit berarti terpaksa exit (bangkrut atau kalah bersaing). 
       Teori pasar dengan persaingan sempurna dikembangkan secara fantastic. Distorsi pasar, baik teknis, kelembagaan, maupun sosio-kultural, oleh textbook diasumsikan tidak ada yang dikatakan sebagai alasannya ialah for the sake of simplicity
       Pengembangan teori berjalan berdasar validitas teoretikal, yakni asumsi di atas asumsi dan aksioma di atas aksioma. Padahal paradigma seperti yang dikemukakan oleh ekonom dari Inggris, Joan Robinson (1903-1983) telah mengelabui kita dalam pengembangan teori ekonomi. Teori yang ada dapat saja berkembang konvergen, tetapi bisa semakin divergen terhadap realitas. Para pengabdi ilmu yang belum tentu adalah pengabdi masyarakat dapat saja terjebak ke dalam divergensi ini.
       Banyak ekonom dan para analis moneter menjadi simplistic mempertahankan ilmu ekonomi Barat ini dengan mengatakan bahwa kapitalisme telah terbukti menang, sedangkan sosialisme telah kalah telak. Pandangan yang penuh mediokriti ini mengabaikan proses dan hakikat perubahan yang terjadi, mencampur adukkan antara validitas teori, viability sistem ekonomi, kepentingan dan ideologi (cita-cita), serta pragmatisme berpikir.
        Adam Smith kelewat yakin akan kekuatan persaingan. Teori ekonominya (teori pasar berdasar hipotesis pasar bebas dan persaingan sempurna), sempat mendikte umat manusia sejagat dalam abad ini untuk terns “bermimpi’’ tentang kehadiran pasar sempurna.
       Lalu lahirlah berbagai kebijakan- ekonomi, baik nasional maupun global, berdasarkan pada teori pasar bebas dan persaingan sempurna. Teori imajiner yang dikemukakan oleh Adam Smith hingga kini dianut sebagai “pedoman moral” demi menjamin kepentingan tersembunyi para partikelir.

Globalisasi dan IMF
       Keprihatinan pada pasar bebas dan persaingan sempurna menemukan momentumnya ketika beberapa negara di Asia dilanda krisis moneter (1997). Krisis moneter ini menyadarkan kita dari “mimpi” Adam Smith bahwa teori pasar bebas berdasar freedom of private initiative dan globalisasi sesungguhnya tidak bekerja untuk menciptakan stabilitas ekonomi global. Sebaliknya, kebijakan globalisasi cenderung menjadi momok bagi negara berkembang.Bagi sebagian perang ada jawaban yang mudah tinggalkan globalisasi. Tetapi hal ini tidaklah mungkin, sebab globalisasi jugs membawa sejumlah manfaat-keberhasilan Asia Timur didasarkan pada globalisasi, khususnya peluang perdagangan dan meningkatnya akses ke pasar global serta sains dan teknologi. Masalahnya bukan pada globalisasi itu sendiri, tetapi bagaimana globalisasi tersebut dikelola secara wajar dan fair. Lebih lanjut, Joseph E Stiglitz melalui bukunya Globalization and Its Discontents (2002) menegaskan bahwa sebagian besar permasalahan ada pada lembaga ekonomi dunia seperti IMF, Bank Dunia, dan WTO. Lembaga inilah yang membantu membuat aturan mainnya (berdasarkan kepentingan dan ideologi volitiknva). Mereka melakukannya dengan cara yang acap kali mendahulukan kepentingan negara industri maju daripada negara berkembang.
       Upaya. IMF yang kurang berhasil pada tahun. 1990-an menimbulkan pertanyaan mendasar mengenai cara lembaga restrukturisasi financial dunia ini memandang globalisasi sebagai bagian dart misinya. IMF, misalnya, yakin bahwa is telah menjalankan tugasnya, yakni mendorong stabilitas global Berta membantu negara berkembang yang sedang dalam transisi untuk mencapai stabilitas dan pertumbuhan ekonomi.

Penutup 
       Sejak reformasi bergulir, telah dua Pemilu rakyat Indonesia mengecap nikmatnya demokrasi. Selain itu, rakyat juga telah merasakan pengalaman memilih sendiri pemimpin nasionalnya. Rakyat telah berpartisipasi dalam menentukan masa depan kehidupan bangsa. Namun apakah sekarang rakyat menikmati hasil yang positif Apakah pemerintah telah lebih memperhatikan mereka? Apakah  rakyat telah hidup dengan lebih makmur dan sejahtera?
       Realitasnya, rakyat masih hidup dalam kemiskinan yang semakin parah, bahkan menurut Bank Dunia, setengah Bari rakyat Indonesia hidup dalam kemiskinan. Kekayaan yang bertambah hanyalah dinikmati para pejabat, baik di eksekutif ataupun di legislatif dan yudikatif Setelah DPR dan presiden/ wapres menikmati kenaikan gaji, DPRD siap menyusul kenaikan tersebut dengan dicantumkannya tunjangan komunikasi intensif Rakyat semakin tercekik oleh beban ekonomi sehari-hari yang menyesakkan. Kenapa kue putaran perekonomian hanya dinikmati segelintir elite, baik itu elite politik ataupun elite di bidang ekonomi, yaitu para pengusaha bermodal besar. Kenapa rakyat jelata tidak ikut merasakan kemakmuran dan berputarnya roda perekonomian tersebut? Kondisi ini terjadi karena minimnya partisipasi rakyat dalam putaran roda perekonomian.Rakyat tidak mampu mengembangkan usahanya karena kalah bersaing dengan para pengusaha beru modal besar. Inilah yang dikatakan banyak pihak sebagai kecenderungan yang terjadi pada perekenomian beimazhab kapitalisme dan neoliberalisme. Sistem ekonomi kapitalisme cenderung dijalankan dan dinikmati oleh pemain besar. Prinsip hidupnya mengikuti hukum darwinisyne, yaitu survival of the fittest. Karma itu, ekonomi semakin hari semakin dikuasai oleh pemain.-pemain besar. Para pemain kecil secara perlahan-lahan “pingsan” dan akhimya hares gulung tikar. Kita ambil contoh bisnis retail, sekarang ini di Jakarta dikuasai para pemain besar.

Pasar Sosial 
       Dalam keadaan seperti ini, kreativitas masyarakat menjadi hilang. Musnah tergerus oleh kekuatan ‘Kapital yang luar biasa besar. Kenyataan ini berujung pada kenyataan lain bahwa pada akhirnya masyarakat hanya menjadi konsumen.
        Untuk meminimalisasi ketidak-aditan ekonomi ini, pemerintah dan pelaku usaha besar perlu memperbaiki diri. Pemerintah, khususnya, perlu menerapkan pembangunan ekonomi dengan mengukitsertakan partisipasi masyarakat. Dalam arti bahwa seluruh masyarakat diundang untuk tarot memutar roda ekonomi. Caranya adalah dengan memberi mereka kesempatan untuk masuk ke dalam dunia usaha dan menunjukkan partisipasi-nya. Dalam hal ini, sedikit intervensi negara diperlukan. Tentu intervensi di sini tidak diartikan sebagai masuknya negara pada praktek perekonomian sehari­hari seperti lazim ditemui pada sistem ekonomi sosialis. Mekanisme pasar bebas tetap bisa diterapkan. Walau bagaimanapun mekanisme pasar bebas terlihat lebih baik dari sistem lain.
       Hal ini karena mekanisme pasar berdampak baik terhadap perilaku manusia, yaitu menjadikan manusia mau bekerja keras, ulet dan pantang menyerah. lklim persaingan dalam mekanisme pasar yang memaksa dan menjadikan manusia menjadi pekerja keras. Hanya saja, perlu diberikan perlindungan dan bantuan kepada yang lemah. Mekanisme pasar tetap dijalankan Haman tidak melupakan aspek social dalam arti bahwa rakyat terlemah diberi benteng perlindungan dan bantuan. Pemerintah negara di sini terbatas pada upaya memberikan kail bagi rakyat untuk membuka usaha- Kail tersebut dalam bentuk bantuan permodalan dengan bunga nol persen. Dengan demikian, rakyat terhindar dari kemungkinan tercekik oleh bunga yang memberatkan. Selain itu, rakyat yang bare mulai menjalankan usahanya tersebut perlu diberi waktu untuk bebas dari kewajiban mencicil, misalnya tiga. tahun. Dengan begitu, rakyat memiliki waktu untuk mengembangkan usahanya sampai memperoleh keuntungan yang cukup untuk membiayai kehidupannya, mengembangkan usahanya dan mencicil pinjaman tersebut.
       lrigasi Sebanyak Mungkin dan Merata. Di sisi lain, pemerintah perlu menerbitkan regulasi yang dapat menghindarkan kekuatan ekonomi besar menggerus usaha kecil. Pengaturan lokasi usaha untuk para peritail besar, misalnya, dapat merupakan upaya perlindungan bagi pengusaha kecil tersebut. Selain itu pembangunan sarana-prasarana pro-rakyat diperlukan. Pemerintah diharapkan dapat mengintensifkan pembangunan jalan di desa-­desa, sehingga perekonomian rakyat desa dapat berputar. Semua desa, harus terhubungkan dengan daerah di sekitarnya supaya lalu lintas perekonomian dapat terjadi. Pemerintah juga perlu membangun berbagai sarana pertanian. Sekarang ini petani menggarap sawah dengan memanfaatkan irigasi peninggalan pemerintahan Orde Baru yang tentu saja sudah tidak sesuai kebutuhan dan banyak yang mengalami kerusakan. Pemerintah sekarang terlihat tidak series membangun irigasi baru. Karena itu, pemerintahan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono perlu membangun irigasi sebanyak mungkin dan merata di seluruh Tanah Air. Dengan demikian, petani dapat mengairi sawahnya sepanjang tahun sehingga mereka dapat bercocok tanam tanpa henti. Kondisi ini akan menaikkan hasil produksi padi mereka. Akhirnya taraf kehidupan mereka akan terangkat. Bukankah ini esensi dari revitalisasi pertanian yang seringkah digembar-gemborkan itu?
       Dari manakah Maya untuk membangun berbagai sarana-prasarana bagi rakyat tersebut? Pemerintah dapat mengintensifkan pajak untuk keperluan, itu dengan cara melipatgandakan pajak barang mewah dan diberlakukan secara progresif. Dengan demikian, pemerintah memiliki dana untuk biaya pembangunan sambil berupaya memperkecil jurang antar golongan kaya dan miskin.
       Pembangunan ekonomi dengan metode partisipasi akan menghasilkan pembangunan yang berkelanjutan dan kokoh sehingga mampu menghadapi segala tantangan. Daripada memberikan “ikan” kepada rakyat berupa BLT sementara pada waktu yang sama usaha kecil dibiarkan bangkrut tergilas usaha besar, lebih baik pemerintah memfokuskan diri memberdayakan usaha kecil dengan cara diatas. Hal ini akan membuat usaha kecil mampu bersaing dengan usaha besar. Basis kekuatan ekonomi perlu diletakkan di tangan rakyat. Keberadaan pengusaha besar perlu tetap didukung, namun dengan tidak mematikan pengusaha kecil. Dengan pembangunan ekonomi seperti ini, pemerintah telah melaksanakan prinsip keadilan dalam mengupayakan kemakmuran. rode perekonomian akan berputar seimbang di seluruh kelas ekonomi.
       Pasar bebas pada hakikatnya merupakan esensi dari demokrasi. Ideologi pasar bebas adalah ideologi demokrasi yang diterapkan pada, bidang ekonomi. Karena itulah, pasar bebas perlu didukung keberadaannya. Namun hendaknya, pasar bebas tidak dilepas tanpa pengaman.
       Pasar bebas hendaknva diterapkan dengan menambahkan benteng perlindungan dan bantuan bagi rakyat jelata. Dengan demikian, kue pembangunan perekonomian dapat dirasakan seluruh lapisan masyarakat. Inilah esensi dari keadilan.

DAFTAR PUSTAKA 
N.Nuryesman M, Moral dan Etika Dalam Dunia Bisnis, Bank dan Manajemen, Mei/Juni 1996.
Purba Victor, Hukum Bisnis Dalam Kegiatan Bisnis Para Manajer, Manajemen, 1993.
Dunia Bisnis, Warta Ekonomi, No. 29, December 1994.
http:Hid.wikipedia.org/wiki/Perdagangaii bebas”

Rabu, 04 Januari 2017

Pasar Oligopoli

Pengertian pasar oligopoli dan ciri-cirinya – Pasar oligopoli adalah suatu pasar yang dimana terdapat beberapa penjual dalam pasar suatu produk tertentu. Kadang-kadang ada yang membedakan untuk pasar yang dimana hanya terdapat dua penjual saja, pasar seperti itu disebut dengan pasar duopoli. Sementara itu, pasar yang terdiri lebih dari dua penjual disebut dengan sebutan pasar Oligopoli.
Atau definisi pasar oligopoli yaitu suatu pasar yang dimana penawaran satu jenis produk dikuasai oleh beberapa perusahaan. Biasanya jumlah perusahaan lebih dari dua, akan tetapi kurang dari sepuluh. Pasar oligopoli ini dasarnya dibagi menjadi dua bentuk, diantaranya pasar oligopoli dengan diferensiasi produk yaitu produk suatu perusahaan dibedakan dari perusahaan lainnya. Dan bentuk yang lainnya yaitu pasar oligopoli tanpa ada diferensiasi produk.
Produk yang dihasilkan oleh produsen bersifat homogen, serta tidak dibedakan dengan perusahaan yang lain. Di pasar ini perusahaan atau produsen dapat bersaing secara langsung, tapi dapat pula melakukan merger (penggabungan).

ciri-ciri pasar oligopoli
Ciri-ciri dari pasar oligopoli, diantaranya sebagai berikut dibawah ini:
  • Adanya beberapa produsen yang menguasai pasar.
  • Produk yang diperjualbelikan dapat homogen dan dapat juga berbeda corak.
  • Setiap produsen atau perusahaan cenderung untuk memberlakukan harga pasar yang umum.
  • Adanya kepemimpinan harga (price leader), oleh perusahaan atau produsen terbesar

kebaikan atau kelebihan dan kekurangan pasar oligopoli
Kebaikan dari pasar oligopoli, perusahaan akan mengembangkan penelitian dan melakukan inovasi terhadap produknya. Inovasi tersebut sangat diperlukan sebab persaingan yang terjadi bukan dalam bentuk persaingan harga, tapi dari hal kualitas produknya.
Kelemahan pasar oligopoli, harga dalam pasar ini cenderung cukup tinggi, sehingga pihak perusahaan akan memperoleh keuntungan yang cukup besar. Kondisi seperti ini bisa berakibat kepada tidak meratanya distribusi pendapatan. Dan selain itu, biaya dari promosi yang dibutuhkan cukup besar yang dapat berakibat pada membesarnya biaya produksi.

Pembangunan ekonomi

Pembangunan ekonomi
  • Merupakan proses perubahan yang terus menerus menuju perbaikan termasuk usaha meningkatkan produk per kapita.
  • Memperhatikan pemerataan pendapatan termasuk pemerataan pembangunan dan hasil-hasilnya.
  • Memperhatikan pertambahan penduduk.
  • Meningkatkan taraf hidup masyarakat.
  • Pembangunan ekonomi selalu dibarengi dengan pertumbuhan ekonomi.
  • Setiap input selain menghasilkan output yang lebih banyak juga terjadi perubahan – perubahan kelembagaan dan pengetahuan teknik.
Indikator merupakan sumber informasi yang sistematik serta obyektif yang hampir setiap hari beberapa surat kabar menulis statistic yang baru dikeluarkan oleh pemerintah. Indicator adalah sebuah instrument yang menunjukkan keterkaitan berbagai hal. Pemerintah misalnya, secara regular mensurvei rumah tangga ataupun perusahaan untuk mempelajari aktivitas dan dampak kegiatan mereka terhadap kesejahteraannya. Tanpa adanya indicator-indikator ini, pola atau gejala yang sedang terjadi serta pengaruhnya akan sulit diketahui secara pasti. Indikator yang diperoleh secara survey oleh pemerintah ataupun lembaga yang berkepentingan digunakan sebagai tolak ukur untuk mengawasi dan merumuskan suatu kebijakan. Dapat disimpulkan bahwa indicator pembangunan ekonomi adalah suatu instrument untuk mengetahui derajat pembangunan yang dilakukan oleh suatu Negara yang meliputi beberapa aspek.
Adapun pentingnya indicator-indikator pembangunan ekonomi adalah sebagai berikut :
  1. Memantau perilaku perekonomian
  2. Kepentingan analisis ekonomi
  3. Dasar pengambilan keputusan
  4. Dasar perbandingan internasional
Pembangunan Ekonomi memiliki tiga Indikator pokok, berikut ini adalah penjelasan dari masing-masing Indikator Pembangunan Ekonomi :
Indikator Moneter
Indikator ini berkaitan dengan uang. Uang disini berupa tingkat income yang diterima oleh masyarakat. Dalam indicator moneter, ada beberapa indicator yang dapat diukur, yakni :
Indikator Non-Moneter
Indikator ini merupakan indicator yang diambil dari beberapa hal pokok yang berkaitan dengan kehidupan masyarakat. Sama halnya dengan indicator sebelumnya, Indikator memiliki beberapa macam-macam sub- Indikator. Berikut ini adalah uraiannya.
  1. Indikator Sosial
Ahli Pembangunan Ekonomi yang bernama Beckerman membedakan berbagai penelitian tentang cara-cara membandingkan tingkat kesejahteraan dalam 3 kelompok.
Kelompok pertama, merupakan suatu usaha untuk membandingkan tingkat kesejahteraan yang terjadi dalam masyarakat yang ada di dalam dua atau beberapa Negara dengan cara memperbaiki pelaksanaan dalam perhitungan pendapatan nasional biasa. Usaha ini dipelopori oleh Colin Clark yang selanjutnya disempurnakan oleh Gilbert dan Kravis.
Kelompok kedua, dengan usaha membuat penyesuaian dalam pendapatan masyarakat yang dibandingkan dengan melihat pertimbangan perbedaan tingkat harga disetiap Negara.
Kelompok ketiga, adalah usaha untuk membuat perbandingan tingkat kesejahteraan dari setiap Negara berdasarkan pada data yang tidak bersifat moneter seperti, jumlah kendaraan bermotor, konsumsi minyak, jumlah penduduk yang mengenyam pendidikan, dan usaha ini dipelopori oleh tokoh yang bernama Bennet.
Menurut Beckerman, dari tiga cara diatas, cara yang dirasa paling tepat adalah cara yang dilakukan oleh Gilbert dan Kravis. Cara ini merupakan usaha untuk membandingkan tingkat kesejahteraan dan pembangunan di berbagai Negara dengan memperbaiki metode pembanding dengan menggunakan data pendapatan nasional dari masing-masing Negara.
Indikator Campuran
  1. Pendidikan
Pendidikan adalah suatu indicator yang digunakan dalam mengukur pembangunan ekonomi suatu Negara. Pada umumnya, dalam Negara maju tingkat pendidikan rata-rata tinggi dengan TPAK dari tahun ketahun selalu meningkat. Negara maju sangat memperhatikan tingkat pendidikan para penduduknya. Berbeda dengan Negara sedang berkembang, pendidikan di NSB masih rendah jika dibandingkan Negara maju. Terbukti tingkat melek huruf dan TPAk serta angka partisipasi sekolah masih rendah. Sehingga, dari perbandingan tersebut, indicator yang dapat diukur dalam pendidikan yakni ; tingkat pendidikan, tingkat melek huruf, dan tingkat partisipasi pendidikan.
2.Kesehatan
Kesehatan merupakan hak asasi yang harus dipenuhi demi keberlangsungannya kehidupan bermasyarakat. Indikator tingkat kesehatan dapat dilihat dari rata-rata hari sakit dan ketersediaannya fasilitas kesehatan. Ketika terpenuhinya pembangunan ekonomi berupa kesejahteraan dalam bidang kesehatan, dapat dilihat dari beberapa indikasi berupa tingkat mortalitas yang rendah, angka pertumbuhan penduduk yang tinggi, dan angka harapan hidup yang tinggi.
3.Perumahan
Rumah merupakan kebutuhan primer yang harus terpenuhi oleh masing-masing penduduk.  Indicator perumahan yang sesuai dengan tujuan kesejahteraan penduduk yakni sumber air bersih dan listrik, sanitasi, dan mutu rumah tinggal.
4.Angkatan Kerja
Penduduk yang dikatakan angkatan kerja adalah orang yang telah berumur 15-64 tahun. Angkatan kerja ini juga dibagi lagi menjadi dua yakni bekerja dan sedang mencari pekerjaan (Menganggur). Indikator yang dapat digunakan untuk mengukur kesejahteraan angkatan kerja adalah, partisipasi tenaga kerja, jumlah jam kerja, sumber penghasilan utama, dan status pekerjaan.
  1. KB dan Fertilitas
Indikator yang dapat digunakan yakni, penggunaan asi, tingkat imunisasi, kehadiran tenaga kesehatan pada kelahiran, dan penggunaan alat kontrasepsi.
  1. Ekonomi
Pembangunan ekonomi pada dasarnya di ikuti dengan pertumbuhan ekonomi. Dengan adanya pertumbuhan ekonomi, kita dapat melihat Indikator ekonomi itu sendiri, yakni tingkat pendapatan dan konsumsi per kapita.
     7.Kriminalitas
Pada dasarnya Negara maju memiliki tingkat kriminalitas yang rendah, hal ini disebabkan sudah lengkapnya alat keamanan Negara yang digunakan oleh Negara tersebut.  Hal ini berbeda dengan keadaan di Negara sedang berkembang. Di NSB, banyak terjadi kriminalitas yang disebabkan beberapa factor seperti adanya cultural shock, ketidak mampuan dalam memenuhi kebutuhan, dan adanya kepentingan dari suatu pihan. Indicator kriminalitas itu sendiri diantaranya adalah, jumlah pencurian per tahun, jumlah pembunuhan per tahun, dan jumlah pemerkosaan per tahun.
       8.Perjalanan Wisata
Indikatornya adalah frekuensi perjalanan wisata per tahun.
     9.Akses Media Massa
Akses media bertujuan untuk memenuhi kebutuhan informasi dalam masyarakat itu sendiri. Indikatornya antara lain : jumlah surat kabar, jumlah radio, dan jumlah televisi.

Penyebab Pengangguran

Pengangguran umumnya disebabkan karena jumlah angkatan kerja tidak sebanding dengan jumlah lapangan pekerjaan yang mampu menyerapnya. Pengangguran seringkali menjadi masalah dalam perekonomian karena dengan adanya pengangguran, produktivitas dan pendapatan masyarakat akan berkurang sehingga dapat menyebabkan timbulnya kemiskinan dan masalah-masalah sosial lainnya.
Tingkat pengangguran dapat dihitung dengan cara membandingkan jumlah pengangguran dengan jumlah angkatan kerja yang dinyatakan dalam persen.
Ketiadaan pendapatan menyebabkan penganggur harus mengurangi pengeluaran konsumsinya yang menyebabkan menurunnya tingkat kemakmuran dan kesejahteraan. Pengangguran yang berkepanjangan juga dapat menimbulkan efek psikologis yang buruk terhadap penganggur dankeluarganya.
Tingkat pengangguran yang terlalu tinggi juga dapat menyebabkan kekacauan politik, keamanan dan sosial sehingga mengganggu pertumbuhan dan pembangunan ekonomi. Akibat jangka panjang adalah menurunnya GNP dan pendapatan per kapita suatu negara.
Di negara-negara berkembang seperti Indonesia, dikenal istilah “pengangguran terselubung” di mana pekerjaan yang semestinya bisa dilakukan dengan tenaga kerja sedikit, dilakukan oleh lebih banyak orang.
Pengangguran atau tuna karya adalah istilah untuk orang yang tidak bekerja sama sekali, sedang mencari kerja, bekerja kurang dari dua hari selama seminggu, atau seseorang yang sedang berusaha mendapatkan pekerjaan yang layak. Pengangguran umumnya disebabkan karena jumlah angkatan kerja atau para pencari kerja tidak sebanding dengan jumlah lapangan kerja yang ada yang mampu menyerapnya. Pengangguran seringkali menjadi masalah dalam perekonomian karena dengan adanya pengangguran, produktivitas dan pendapatan masyarakat akan berkurang sehingga dapat menyebabkan timbulnya kemiskinan dan masalah-masalah sosial lainnya.
Tingkat pengangguran dapat dihitung dengan cara membandingkan jumlah pengangguran dengan jumlah angkatan kerja yang dinyatakan dalam persen. Ketiadaan pendapatan menyebabkan penganggur harus mengurangi pengeluaran konsumsinya yang menyebabkan menurunnya tingkat kemakmuran dan kesejahteraan. Pengangguran yang berkepanjangan juga dapat menimbulkan efek psikologis yang buruk terhadap penganggur dan keluarganya. Tingkat pengangguran yang terlalu tinggi juga dapat menyebabkan kekacauan politik keamanan dan sosial sehingga mengganggu pertumbuhan dan pembangunan ekonomi. Akibat jangka panjang adalah menurunnya GNP dan pendapatan per kapita suatu negara. Di negara-negara berkembang seperti Indonesia, dikenal istilah “pengangguran terselubung” di mana pekerjaan yang semestinya bisa dilakukan dengan tenaga kerja sedikit, dilakukan oleh lebih banyak orang.

Pengambilan Keputusan Konsumen



Keputusan konsumen untuk membeli atau tidak membeli suatu produk atau jasa merupakan saat yang penting bagi pemasar. Keputusan ini dapat menandai apakah suatu strategi pemasaran telah cukup bijaksana, berwawasan luas, dan efektif, atau apakah kurang baik direncanakan atau keliru menetapkan sasaran. Keputusan merupakan seleksi terhadap dua pilihan alternative atau lebih.

Riset konsumen eksperimental mengungkapkan bahwa menyediakan pilihan bagi konsumen ketika sesungguhnya tidak ada satu pun pilihan, dapat dijadikan strategi bisnis yang tepat, strategi tersebut dapat meningkatkan penjualan dalam jumlah yang sangat besar.

TINGKAT PENGAMBILAN KEPUTUSAN KONSUMEN 
Terdapat tiga tingkat pengambilan keputusan konsumen spesifik, yaitu:
  1. Pemecahan masalah yang luas, konsumen membutuhkan berbagai informasi untuk menetapkan serangkaian kriteria yang berguna menilai merek-merek tertentu dan banyak informasi yang sesuai mengenai setiap merek yang akan dipertimbangkan.
  2. Pemecahan masalah yang terbatas, konsumen tetal menetapkan criteria dasar untuk menilai kategori produk dan berbagai merek dalam kategori tersebut.
  3. Perilaku sebagai respon yang rutin, konsumen telah memepunyai beberapa pengalaman mengenai kategori produk dan serangkaian kriteria yang ditetapkan dengan baik untuk menilai berbagai merek yang sedang mereka pertimbangkan.
MODEL KEPUTUSAN: EMPAT PANDANGAN MENGENAI PENGAMBILAN KEPUTUSAN KONSUMEN
Teori-teori pengambilan keputusan konsumen bervariasi, tergantung kepada asumsi peneliti mengenai sifat-sifat manusia. Terdapat empat pandangan atas pengambilan keputusan konsumen:
  1. Pandangan ekonomi, konsumen sering dianggap sebagai pengambil keputusan yang rasional.
  2. Pandangan pasif, menggambarkan konsumen sebagai orang yang pada dasarnya tunduk pada kepentingan melayani diri dan usaha promosi para pemasar. Para konsumen dianggap sebagai pembeli yang menurutkan kata hati dan irasional.
  3. Pandangan kognitif, menggambarkan konsumen berada diantara pandangan ekonomi dan pandangan pasif yang ekstrim, yang tidak (atau tidak dapat) memperoleh pengetahuan yang mutlak mengenai semua alternatif produk yang tersedia dan karena itu tidak dapat mengambil keputusan yang sempurna, namun secara aktif mencari informasi dan berusaha mengambil keputusan yang memuaskan.
  4. Pandangan emosional, mengambil keputusan yang emosional atau impulsive (menurutkan desakan hati).
MODEL PENGAMBILAN KEPUTUSAN KONSUMEN
Model dalam pengambilan keputusan mempunyai tiga komponen utama yaitu:
  1. Masukan (input)
  2. Proses
  3. Keluaran (output)
PERILAKU KONSUMEN UNTUK MEMBERI HADIAH
Perilaku memberi hadiah didefinisikan sebagai proses pertukaran hadiah yang terjadi antara pemberi dan penerima. Proses pertukaran hadiah merupakan bagian perilaku konsumen yang penting. Terdapat lima jenis pemberian hadiah dan penerimaan hadiah, yaitu:
  1. Pemberian hadiah antar kelompok (sebuah kelompok memberikan hadiah kepada kelompok lain),
  2. Pemberian hadiah antar kategori (seorang individu memberikan hadiah kepada sebuah kelompok atau sebuah kelompok memberikan hadiah kepada seorang individu),
  3. Pemberian hadiah di dalam kelompok (sebuah kelompok memberikan hadiah kepada dirinya sendiri atau kepad para anggotanya),
  4. Pemberian hadiah antar perorangan (seorang individu memberikan hadiah kepada individu lain), dan
  5. Pemberian hadian pada diri sendiri (hadiah untuk diri sendiri).

Peran Pemerintah dan Investor Domestik Di Pasar Modal Berkembang

PERAN PEMERINTAH DAN INVESTOR DOMESTIK DI PASAR MODAL BERKEMBANG

Mark Mobius praktisi dan ahli di industri investasi internasional mengemukakan bahwa dengan diperkenalkannya investor asing ke pasar tentu saja berfungsi sebagai katalis, yang mendorong investasi lokal. Modal asing yang masuk ke negara tertentu memungkinkan bisnis di negara tersebut untuk tumbuh dengan laju yang lebih cepat dibandingkan jika hanya memobilisasi sumber daya domestik.

Hanya saja arus uang yang berasal dari portofolio investment seringkali dikhawatirkan hanya aliran uang panas dari negara lain. Aliran dana yang sering dikenal sebagai capital fight ini dipandang oleh pemerintah sebagai investasi yang spekulatif, tidak dapat diandalkan dan cenderung sarat akan kegiatan ambil untung (profit taking) di pasar modal. Pada tahap selanjutnya dana seperti ini akan menimbulkan ketidakstabilan ekonomi domestik.

Permasalahannya yang selalu menjadi momok di pasar modal ini sebenarnya telah banyak disuarakan oleh para ekonom, praktisi dan regulatori dalam industri ini. Hanya saja kita hanya seperti mendengar suatu informasi yang masuk dari telinga kiri keluar dari telinga kanan. Permasalahannya adalah untuk membuat kualitas aliran dana investasi tersebut bukan kuantitas aliran dananya. Kualitas investasi adalah jumlah dana yang diinvestasikan secara jangka panjang yang digunakan untuk membangun sektor riil.

Secara sederhana adalah dengan menjaga suatu kestabilan ekonomi makro (misalnya inflasi terkendali, ekonomi bertumbuh, dsb), salah satu cara untuk mewujudkannya yaitu dengan menciptakan suatu sistem pasar yang adil dan kompetitif. Kompetitif dan adil artinya bahwa tidak ada pihak yang diuntungkan secara berlebih akibat adanya informasi yang bias dan sebaliknya. Sebagai contoh adanya pungutan liar yang marak di negara kita yang dilakukan oleh oknum yang terjaring dalam suatu sindikasi tertentu, dengan membayar pungutan tersebut misalnya, perusahaan diperlancar dalam pengurusan perijinan dibanding perusahaan yang tidak melakukan hal itu. Pungutan liar juga mengandung ketidakpastian harga yang tinggi karena tidak terdapat standar yang jelas dan dilakukan secara ilegal. Pungutan liar dapat dikategorikan sebagai biaya akibat beban risiko yang menyebabkan biaya produksi lebih tinggi.

Douglass North mengemukakan biaya transaksi banyak berhubungan dengan kinerja ekonomi keseluruhan, semakin rendah biaya transaksi maka suatu negara akan semakin mengalami pertumbuhan ekonomi yang dapat dipertahankan. Secara spesifik, Gayle P. W. Jackson dalam artikelnya yang berjudul Pemerintahan untuk Pasar Modern mengemukakan bahwa untuk mengurangi ketidakpastian akibat biaya transaksi dapat dilakukan dengan meliputi, sistem kepemilikan yang jelas, penggunakan standar, sumberdaya yang beraneka dan meningkat, regulator yang ketat, memiliki basis data dan menjamin kelancaran penyebaran informasi sehingga terjadi iklim yang kompetitif untuk mengurangi informasi yang asimetris.

https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgwsaHmkslqbakB2uZltyLBXjxFzzrQhh2aGAL6YE6lmZtl853eu1TAXi6K1KpYggnQtMVOAd0trtNKkG1Bb61iSsGvd_2lZ6fgP138upXURrEDkMiC56Q83W3lH5rUiZvkRPzCay4tpas/s400/Capital+Market.jpg
Sumber: Mobius on Emerging Market, 1998

Peran pemerintah sebagai fungsi regulator tidaklah cukup karena secanggih dan seketat apapun regulasi bila tidak dilakukan dengan kesadaran (awareness) yang tinggi pastinya akan berjalan setengah-setengah dan berikutnya setiap pelaku akan selalu mencari celah dari regulasi tersebut. Pemerintah layaknya juga harus dapat peran sebagai guarantor yang memberikan jaminan kepada investor baik domestik maupun asing. Jaminan kepastian ekonomi tidak lah cukup, pemerintah entah bagaimana caranya harus bisa memberikan kepastian hukum dan kepastian kondisi politik. Karena dua faktor tersebut juga berkaitan erat dengan faktor kultur sumber daya manusia.

Pernak-pernik utopis yang selama ini dijadikan kampanye secara besar-besaran oleh pemerintah seharusnya mulai benar-benar dijalankan. Harapannya adalah dapat terjadinya efek merembes kebawah (trickle down effect) yaitu dengan merubah kultur, tingkah laku dan perilaku pemerintah yang memberikan sokongan moral ke masyarakat. Tetapi hal ini tidak serta merta dapat berhasil dengan sendirinya, pemerintah juga harus bisa membimbing masyarakat untuk berani menjadi invetor domestik sehingga terjadi suatu gerakan dari bawah ke atas (bottom up).
Pasar modal seperti ini memiliki kecenderungan return tinggi tetapi tinggi pula risikonya. Momentum aliran dana asing selama ini yang menghiasi pasar modal Indonesia sebaiknya juga disambut dengan aliran dana domestik untuk dapat meningkatkan kapitalisasi pasar. Dengan cara seperti itu peran pasar modal sebagai penggerak roda pembangunan dan peningkat kesejahteraan masyarakat dapat terwujud. Pasar modal tidaklah hanya dikuasai oleh satu atau dua kelompok saja tetapi merupakan sebuah sistem yang terintegrasi untuk bergerak bersama-sama antara pemerintah, pelaku bisnis, dan masyarakat.

Sumber :

http://kumpulan-artikel-ekonomi.blogspot.co.id/2010/06/blog-post.html